Sabtu, 9 Oktober 2010

Hukum Mentaati Pemerintah Yang Tidak Berhukum Dengan Al-Kitab Dan As-Sunnah

Pertanyaan: Fadhilatus Syeikh Al-Utsaimin rahimahullah ditanya tentang hukum mentaati pemerintah yang tidak berhukum dengan Kitabullah dan Sunnah Rasulillah sallallaahu ‘alaihi wa sallam?

Beliau menjawab: “Pemerintah yang tidak berhukum dengan Kitabullah dan Sunnah Rasulullah tetap wajib ditaati dalam perkara yang bukan maksiat kepada Allah dan Rasul-Nya, serta tidak wajib memerangi mereka disebabkan hal itu, bahkan tidak boleh diperangi kecuali kalau dia telah menjadi kafir, maka ketika itu wajib untuk menjatuhkannya dan tidak ada ketaatan baginya.

Berhukum dengan selain Kitabullah dan Sunnah Rasul-Nya sampai kepada darjat kekufuran dengan dua syarat:

  1. Dia mengetahui hukum Allah dan Rasul-Nya. Kalau dia tidak tahu, maka dia tidak menjadi kafir kerana penyelisihannya terhadap hukum Allah dan Rasul-Nya.
  2. Motivasi dia berhukum dengan selain hukum Allah adalah keyakinan bahawa hukum Allah sudah tidak sesuai lagi dengan zaman ini dan hukum yang lain lebih sesuai dan lebih bermanfaat bagi para hamba.

Dengan adanya kedua syarat inilah perbuatan berhukum dengan selain hukum Allah menjadi kekufuran yang mengeluarkan dari Islam, berdasarkan firman Allah:

وَمَنْ لَمْ يَحْكُمْ بِمَآ أَنْزَلَ اللهُ فَأُوْلَئِكَ هُمُ الْكَافِرُوْنَ

Maksudnya: “Barangsiapa yang tidak berhukum menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir.” (Al-Maidah: 44)

Pemerintah yang demikian telah batal kekuasaannya, dia tidak berhak untuk ditaati oleh rakyat, serta wajib diperangi dan dilucutkan dari kekuasaan.

Adapun jika dia berhukum dengan selain hukum Allah, namun dia tetap yakin bahawa berhukum dengan apa yang diturunkan Allah itu adalah wajib dan lebih baik untuk para hamba, tetapi dia menyelisihinya kerana hawa nafsu atau hendak menzalimi rakyatnya, maka dia tidaklah kafir, melainkan fasik atau zalim, dan kekuasaannya tetap sah.

Mentaatinya (selagi mana) dalam perkara yang bukan kemaksiatan kepada Allah dan Rasul-Nya adalah wajib. Tidak boleh diperangi, atau dilucutkan dengan kekuatan (senjata) dan tidak boleh memberontak kepadanya. Sebab Nabi sallallahu’alaihi wa sallam melarang memberontak terhadap pemerintah (muslim) kecuali jika kita melihat kekafiran yang nyata dimana kita mempunyai alasan (dalil) yang jelas dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.” (Majmu’ Fatawa wa Rosail Ibni ‘Utsaimin, 2/147-148, no. 229)

Tambahan: 

Syeikh Muqbil bin Hadi rahimahullah juga menjelaskan: “Apabila seorang pemimpin muslim berhukum dengan selain hukum Allah, maka tidak boleh dihukumi kafir kecuali dengan syarat-syarat: Pertama: Dia tidak dipaksa melakukannya. Kedua: Dia tahu bahawa hukum tersebut bukan hukum Allah. Ketiga: Dia memandang hukum tersebut sama baik atau bahkan lebih baik dari hukum Allah.” (Lihat Al-Makhraj minal Fitnah, ms. 82)

Penjelasan lanjut, sila semak semula artikel-artikel sebelum ini: