Ahad, 9 Ogos 2009

Mengapa Ummat Islam Selalu Ditindas?

Oleh: Asy-Syaikh Muhammad Nashirudin Al Albani


Segala puji hanyalah milik Allah, kami memuji-Nya dan memohon ampunan-Nya. Dan kami berlindung kepada Allah dari keburukan diri-diri kami dan dari kejelekan amalan perbuatan kami. Barangsiapa diberi petunjuk oleh Allah maka tidak ada yang menyesatkannya dan barangsiapa disesatkan tidak ada yang dapat menunjukinya. Dan saya bersaksi bahawa tidak ada yang berhak diibadahti selain Allah semata, tidak ada sekutu bagi-Nya dan saya bersaksi bahawa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya.


“Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah sebenar-benar taqwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam”. (Ali-Imaran :102)


“Hai sekalian manusia, bertaqwalah kepada Rabb-mu yang telah menciptakan kamu dari yang satu, dan daripadanya Allah menciptakan isterinya; dan daripada keduanya Allah memperkembangbiakkan lelaki dan perempuan yang banyak. Dan bertaqwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu”. (An-Nisa': 1)


“Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar, (Al-Ahzab: 70) niscaya Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu. Dan barangsiapa menta’ati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar”. (Al-Ahzab: 71)


Amma ba’du; Sesungguhnya sebaik-baik ucapan adalah kalamullah dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dan seburuk-buruk perkara adalah yang diada-adakan dan setiap yang diada-adakan adalah bid’ah dan setiap bid’ah adalah kesesatan dan setiap kesesatan tempatnya di neraka.


Al-Imam Abu Daud telah meriwayatkan di dalam kitabnya As-sunan dan juga Al Imam Ahmad di dalam musnadnya dan begitu pula para ulama selain mereka, dengan dua sanad yang saling menguatkan satu dengan yang lainnya, dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, bahawasanya baginda bersabda: “Apabila kalian telah berjual-beli dengan ‘inah (jual beli cara riba - edt) dan kalian telah mengambil ekor-ekor kerbau dan kalian telah mencintai pertanian dan kalian telah meninggalkan jihad di jalan Allah, Allah timpakan kepada kalian kehinaan yang tidak akan diangkat sampai kalian kembali kepada agama kalian”.


Di dalam hadis sahih ini terdapat keterangan akan solusi dan ubat akan keadaan yang sedang melanda ummat Islam (sekarang ini), berupa kehinaan yang menguasai mereka seluruhnya, kecuali sejumlah kecil dari ummat ini yang senantiasa berpegang teguh dengan urwatul wutsqa (tali yang kuat) yang tidak akan putus. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam telah menjelaskan di dalam hadis ini penyakit yang apabila menjangkiti ummat Islam, maka Allah akan hinakan mereka. Kemudian baginda menjelaskan kepada mereka ubatnya dan jalan untuk selamat dari penyakit ini.


Baginda berkata di awal hadisnya; “Apabila kalian telah berjual-beli dengan cara ‘inah”. Jual-beli dengan cara ‘inah, kami tidak akan berbicara tentangnya di sini melainkan singkat saja, iaitu: salah satu bentuk transaksi riba yang kebanyakan manusia di zaman sekarang terfitnah dengannya. Sistem jual-beli ini disebutkan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam adalah sekadar sebagai contoh -dan bukan membatasi- dari banyak hal yang apabila ummat ini terjatuh ke dalamnya mereka berhak mendapat kehinaan dari Allah atau disebabkannya Allah hinakan mereka.


Baginda menyebutkan beberapa contoh pada nas hadis di atas:


Yang pertama: Jual-beli dengan cara ‘inah, kemudian baginda menyebutkan yang berikutnya, baginda berkata; “Dan kalian mengambil ekor-ekor kerbau, dan kalian telah cinta kepada pertanian”. Dan ini adalah ungkapan akan rakusnya ummat Islam dalam mengumpulkan dunia dan akan perhatian mereka yang besar terhadap kemewahan-kemewahannya. Itulah yang memalingkan mereka dari menegakkan kewajiban-kewajiban syariat yang banyak, dan dalam hal ini baginda menyebutkan sebuah contoh, kata baginda Shallallahu ‘Alaihi Wasallam pada kelanjutan hadis; “Dan kalian telah meninggalkan jihad di jalan Allah”.


“Apabila kalian telah jual-beli dengan cara ‘inah” maksudnya; kalian telah jatuh ke dalam sistem-sistem transaksi yang haram, diantaranya ‘inah. “Dan kalian telah mengambil ekor-ekor kerbau, dan kalian telah mencintai pertanian” maksudnya; kalian telah berpaling dari menunaikan kewajiban-kewajiban agama kalian kepada memperhatikan urusan-urusan duniawi, dan mencari harta dengan cara apa pun dan yang demikian ini telah menjadikan kalian meninggalkan jihad di jalan Allah. Apa sepatutnya hukuman terhadap ummat ini ketika mereka jatuh ke dalam perkara-perkara yang tidak satu pun darinya disyariatkan Rabb kita Azza wa Jalla!? Berkata Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam memperingatkan: “Allah akan timpakan kepada kalian kehinaan yang tidak Dia angkat kehinaan tersebut sampai kalian kembali kepada agama kalian (meninggalkan perkara yang tidak disyariatkan oleh Allah - edt)”.


Dan kehinaan yang menimpa ummat Islam sekarang ini adalah perkara yang telah dimaklumi oleh setiap orang yang berakal. Dan dari sini perkara ini memerlukan penjelasan yang banyak. Dan cukup bagi kita sekadar mengingatkan apa yang telah menimpa ummat Islam berupa penjajahan Yahudi terhadap negera Palestin, belum ditambah dengan negeri-negeri di Syam selain Palestin yang mana hal ini menyebabkan tidak berhenti fitnah demi fitnah yang datang silih berganti. Dan tidak berhentinya pemerintah non-muslim atau pemerintah muslim secara geografi berbuat kerosakan di sana-sini. Semua itu merupakan kehinaan yang Allah Tabaaraka wa Ta’aala timpakan kepada ummat Islam, dan yang demikian ini bukan merupakan tindak kezaliman dari Allah, sekali-kali bukan! Kerana sesungguhnya Rabb kita Jalla wa ‘Ala tidak menzalimi seseorang pun dari kalangan manusia, akan tetapi mereka sendiri lah yang berbuat zalim. Rabb kita –Azza wa Jalla- berfirman; “Maka disebabkan kezaliman orang-orang Yahudi, Kami haramkan atas mereka (memakan makanan) yang baik-baik (yang dahulunya) dihalalkan bagi mereka”. (An-Nisa':160). Maka ketikamana Allah menimpakan kehinaan kepada kita adalah kerana kezaliman kita.


Kezaliman itu adalah kezaliman yang jelas yang terdapat pada banyak aspek kehidupan. Dan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam telah memberikan untuk kita dalam hal ini tiga contoh: jual beli dengan cara-cara yang diharamkan Allah, berlomba-lomba di dalam kemewahan dunia dan meninggalkan jihad di jalan Allah. Maka akibat dari ini semua, Allah menimpakan kepada kita kehinaan yang menimpa ini dalam gambaran seolah-olah dia adalah sebuah jasad dan jasmani di negera kita yang tercinta negara Palestin. Apabila hal ini adalah kehinaan, maka apa jalan keluar darinya, dan bagaimanakah cara menyelamatkan diri darinya?


Ubat mujarab untuk keluar dari kehinaan dan kerendahan: Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, nabi yang sifatnya diterangkan oleh Rabb kita di dalam Al Qur’an di dalam firman-Nya: “Amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mu’min”. (At-Taubah: 128). Baginda bersabda lanjutan hadis di atas: “Allah akan timpakan kepada kalian kehinaan yang tidak akan diangkat dari kalian sampai kalian kembali kepada agama kalian”. Inilah ubatnya. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam telah menerangkan sifat ubat ini dengan demikian menyeluruh pada penutup hadis di atas, kata baginda “Sampai kalian kembali kepada agama kalian”.


Ketika saya bawakan kepada kalian hadis ini dan mengomentarinya dengan komentar-komentar dari saya, sesungguhnya dalam hal ini saya tidak menyampaikan kepada kalian suatu yang baru. Kerana ummat Islam seluruhnya meskipun ada perbezaan di antara mereka dalam urusan keyakinan-keyakinan dan dalam urusan furu’ (cabang) -menurut istilah mereka-, semua mereka sepakat bahawa sebab kehinaan yang menimpa ummat Islam adalah kerana mereka telah meninggalkan agama mereka. Dan setiap mereka mengatakan: sesungguhnya ubatnya adalah kembali kepada ajaran agama. Ini semua adalah perkara yang biasa dikenal oleh mereka semua. Akan tetapi satu hal yang ingin saya ingatkan, dan hal ini boleh jadi baru bagi sebahagian orang, tapi ini merupakan kebenaran seperti yang kalian ucapkan. Perkara ini adalah: kenapa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam menjelaskan sifat ubat bagi ummat Islam yang dihinakan disebabkan perbuatan mereka melanggar aturan-aturan agama mereka, bahawa ubat itu adalah dengan kembali kepada ajaran agama mereka!?


Ajaran agama apa yang dimaksud di sini -inilah inti dari ceramahku di sini-, ajaran agama seperti apa yang dimaksud sebagai ubat bagi ummat Islam di dalam nas hadis di atas. Dan ummat Islam seperti yang telah saya jelaskan setiap mereka mengatakan: wajib bagi ummat Islam beramal dengan ajaran agama mereka. Akan tetapi apa yang dimaksud dengan ajaran agama di sini!?


Sesungguhnya sangat disayangkan bahawa ajaran agama Islam telah mengalami banyak tafsiran pada masa yang panjang semenjak zaman salafus-soleh Radiallahu ‘Anhum, bukan hanya dalam perkara fekah yang mereka katakan sebagai perkara furu’ saja melainkan hal ini juga merebak sehingga dalam perkara akidah. Dan setiap kita mengetahui hadis Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam yang mengkhabarkan akan perpecahan ummat menjadi tujuh puluh tiga golongan, baginda bersabda: “Yahudi berpecah menjadi tujuh puluh satu golongan dan Nasrani berpecah menjadi tujuh puluh dua golongan dan ummatku akan berpecah menjadi tujuh puluh tiga golongan, semua mereka di neraka kecuali satu. Para sahabat bertanya: siapa mereka wahai Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam? Baginda menjawab: mereka adalah Al-Jama’ah”. Inilah riwayat yang benar dan di sana ada riwayat lain di dalam sanadnya ada kelemahan, akan tetapi ada yang menguatkan, iaitu sabda baginda Shallallahu ‘Alaihi Wasallam: “Mereka adalah orang-orang yang mengikutiku dan para sahabatku”.


Pada dasarnya riwayat (yang terakhir) ini tidak ada padanya suatu yang baru apabila ditinjau dari riwayat yang pertama melainkan bertambah jelas dan rapi. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam ketika menerangkan sifat golongan yang selamat berkata: “mereka adalah jama’ah”. Riwayat ini baginda tafsirkan pada riwayat yang kedua bahawa jama’ah ini adalah ajaran Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dan para sahabatnya.


Pada hadis ini Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam mengkhabarkan kepada kita bahawa kaum muslimin akan terpecah belah menjadi tujuh puluh tiga kelompok. Dan kelompok-kelompok ini semuanya tersesat kecuali satu dan sifat mereka adalah yang mengikuti ajaran Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dan para sahabatnya. Dan kita sekarang ini hidup di tengah-tengah perpecahan yang sangat banyak sekali yang telah kita warisi sepanjang tahun yang tidak sebentar. Dan setiap dari kelompok-kelompok ini tidak satu pun dari mereka yang menyatakan berlepas dari Islam, tidak satu pun dari mereka mengatakan: agama kami bukan Islam. Bahkan setiap mereka mengatakan: agama kami Islam. Bersamaan dengan itu setiap mereka mengatakan: ubat bagi ummat ini adalah dengan berpegang kepada ajaran agama.


Kalau begitu: ajaran ini yang ummat Islam berpecah-belah tentangnya hingga menjadi tujuh puluh tiga kelompok, atau mereka berpecah-belah dalam memahaminya dengan perpecahan yang demikian sengitnya, apabila Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam telah menjadikan ubatnya adalah kembali kepada ajaran agama, (pertanyaannya) pemahaman siapa yang kita pakai untuk memahami agama ini sehingga ia menjadi ubat seperti yang disabdakan oleh baginda Sallallahu ‘Alaihi Wasallam; “Allah akan timpakan kepada kalian kehinaan yang tidak akan Dia angkat sampai kalian kembali kepada ajaran agama kalian”.


Saya tidak akan membawa kalian jauh-jauh dalam memberikan contoh, sementara dihadapan kita ada contoh pertama yang disampaikan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam pada awal hadis, ketika baginda bersabda: “Apabila kalian telah jual beli dengan cara ‘inah”. Jual beli ‘inah, mazhab-mazhab yang ada berbeza pendapat tentangnya, di antara mereka ada yang membolehkannya dan di antara mereka ada yang mengharamkannya. Dan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam pada hadis ini menjadikannya di antara sebab ummat Islam jatuh sakit dan sebab yang menjadikan mereka berhak mendapat kehinaan, iaitu mereka melaksanakan praktik jual beli dengan cara ‘inah. Jadi, dengan manhaj apa dan dengan pemahaman agama apa kita wajib memahami agama ini sehingga ia menjadi sebuah agama dan menjadi sebab keluarnya kita dari kehinaan yang menimpa kita.


Sesungguhnya jual beli ‘inah yang disebutkan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam pada penjabaran hadis ini telah dianggap boleh oleh sebahagian muslimin. Saya tidak mengatakan orang-orang jahil atau awamnya, melainkan yang saya maksud adalah orang-orang khusus dan sebahagian penulis pada masa yang lampau dan ahli hadis. Mereka menyebutkan bahawa jual beli ‘inah adalah jual beli yang halal dan termasuk ke dalam keumuman firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala: “Dan Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba”. (Al-Baqarah: 275) akan tetapi hadis ini menerangkan kepada kita bahawa jual beli dengan cara ‘inah tidak disyariatkan bahkan diharamkan, oleh kerana itu ia dijadikan sebab diantara sebab-sebab berhaknya ummat Islam mendapatkan kehinaan.


Kalau begitu makna hadis ini adalah tidak boleh jual beli dengan cara ‘inah. Maka apabila kita ingin kembali kepada agama kita agar Allah Subhanahu Wa Ta’ala muliakan kita dan Dia mengangkat kehinaan yang menimpa kita, kita menganggap jual beli dengan cara ‘inah boleh atau haram? Mesti kita mengharamkannya. Dan pengharaman ini terdapat di dalam hadis. Akan tetapi penghalalannya datang pada sebahagian riwayat dan sebahagian pendapat ulama.


Kalau begitu ketika Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam berkata di akhir hadis: “Sampai kalian kembali kepada agama kalian”. Yang dimaksud adalah agama yang terdapat di dalam Al-Qur’an dan perinciannya diterangkan di dalam hadis Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Agama yang Allah Subhanahu Wa Ta’ala firmankan; “Sesungguhnya agama di sisi Allah adalah Islam”. (Ali-Imran: 19) dan dalam firman-Nya: “Pada hari ini Aku sempurnakan untuk kalian agama kalian”. (Al-Maidah: 3) dan di dalam firman-Nya: “Barangsiapa mencari selain Islam sebagai agamanya maka tidak akan diterima darinya”. (Ali-Imran: 85) sampai pada akhir ayat.


Kalau begitu agama yang akan menjadi ubat adalah Islam (berserah diri), akan tetapi Islam sendiri telah mengalami banyak penafsiran dalam perkara akidah (pokok) lebih-lebih lagi dalam hal-hal furu’ (cabang).


Sumber:

http://www.sahab.net/home/index.php?threads_id=154

http://www.ahlussunnah-jakarta.com/artikel_detil.php?id=286

http://www.ahlussunnah-jakarta.com/artikel_detil.php?id=287